+62 22 4231280  +62811 2001 005

Diagnosis dan Tatalaksana Degenerasi Kalsifikasi Kornea ODS pada Sindrom ICE Bilateral

Nonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan Bintang
 

Degenerasi kalsifikasi kornea adalah sebuah penyakit degenerasi dari bagian superfisial kornea terutama pada lapisan Bowman, kekeruhan dimulai dari bagian perifer kornea yang perlahan-lahan kepadatannya meningkat sehingga menyebabkan turunnya tajam penglihatan. Degenerasi kalsifikasi kornea bersifat idiopatik, namun ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya degenerasi kalsifikasi ini seperti penyakit okular yang kronis berupa uveitis, keratitis superfisial yang berat, hiperkalsemia yang disebabkan oleh hiperparatiroidisme, toksisitas vitamin D, faktor keturunan, gagal ginjal, dan lain sebagainya.

 

Tindakan yang dapat dilakukan untuk menghilangkan deposit kalsium pada lapisan Bowman adalah dengan keratektomi. Sindrom iridokorneal endotelial (ICE syndrome) adalah kumpulan kelainan yang ditandai dengan perubahan iris, abnormalitas endotel kornea, dan sinekia anterior perifer. Sel-sel endotel kornea yang berproliferasi pada sindrom ICE akan bermigrasi ke arah sudut iridokorneal dan ke iris. Sindrom ICE sering dikaitkan dengan glaukoma yang dapat diakibatkan obstruksi sudut bilik mata depan oleh sel-sel yang berproloferasi atau oleh sinekia anterior perifer. Proliferasi sel-sel ini juga merupakan predisposisi terhadap edema dan dekompensasi kornea.

Sindrom ICE terdapat 3 variasi klinis, yaitu sindrom Chandler, atrofi iris progresif dan sindrom Cogan Reese. Sindrom ICE merupakan penyakit yang sangat jarang, bersifat unilateral, biasanya terjadi pada wanita pada usia 20-50 tahun, bukan merupakan penyakit herediter, dan bersifat progresif. Pemeriksaan dengan lampu celah biomikroskopi dan gonioskopi merupakan berperan dalam mendeteksi sindrom ICE, namun mikroskop spekular dan confocal microscopy berperan penting dalam menegakkan diagnosis dan tindakan selanjutnya.

Tujuan penatalaksanaan pada sindrom ICE untuk menangani glaukoma dan edema dari kornea yang yang menyebabkan perburukan dari fungsi visual. Degenerasi kalsifikasi kornea adalah kelainan degenerasi pada bagian superfisial kornea yang terjadi pada lapisan membran Bowman yang mengakibatkan kekeruhan pada kornea dimulai dari bagian perifer kornea yang secara perlahan semakin meningkat kepadatannya. Degenerasi kalsifikasi kornea bersifat idiopatik, namun ada beberapa kondisi yang dapat menyebabkan terjadinya degenerasi kalsifikasi ini seperti penyakit okular yang kronis berupa uveitis, keratitis superfisial yang berat, hiperkalsemia yang disebabkan oleh hiperparatiroidisme, toksisitas vitamin D, faktor keturunan, gagal ginjal, dan lain sebagainya. Kalsium dapat dihilangkan dengan chelation menggunakan larutan netral disodium ethylenediaminetetraacetic acid (EDTA), debridemen mekanik, dan keratektomi fototerapi. Deposit kalsium pada kornea setelah dilakukan keratektomi dapat muncul kembali sekitar 3-12 bulan (rata-rata 7,8 bulan) setelah operasi .

Sindrom ICE adalah suatu kondisi yang langka, terdiri dari 3 variasi klinis yaitu sindrom Chandler, atrofi iris progresif dan sindrom Cogan Reese. Sindrom ICE ditandai dengan kelainan proliferatif dan struktural endotel kornea, obstruksi yang progresif dari sudut bilik mata depan, dan kelainan iris berupa atrofi, correctopia, dan polycoria. Kelainan-kelainan tersebut dapat mengakibatkan dekompensasi kornea dan glaukoma yang merupakan penyebab paling sering kehilangan penglihatan. Setiap variasi sindrom ICE mempunyai ciri khas masing-masing.

Degenerasi kalsifikasi kornea merupakan suatu kelainan degenerasi yang terjadi pada bagian superfisialis kornea terutama lapisan Bowman dimulai dari bagian perifer kornea, progresifitas yang lambat, dan tindakan untuk menghilangkan kalsifikasi kornea dengan keratektomi namun kalsifikasi dapat timbul kembali. Sindrom iridokorneal endotelial merupakan kumpulan kelainan yang ditandai dengan perubahan iris, abnormalitas endotel kornea, dan sinekia anterior perifer. Sindrom ICE 50% menyebabkan timbulnya glaukoma yang dapat diakibatkan obstruksi sudut bilik mata depan oleh sel-sel yang berproloferasi atau oleh sinekia anterior perifer. Diagnosis sindrom ICE ditegakkan dengan pemeriksaan lampu celah biomikroskopi dan gonioskopi, di pastikan dengan pemeriksaan mikroskop spekular dan confocal microscopy .

Penatalaksanaan sindrom ICE berupa medikamentosa dan pembedahan untuk mengatasi edema kornea dan glaukoma. Fungsi visual sering kali terancam jika penyakit tidak ditangani dengan baik. Prognosis penglihatan bergantung pada beratnya komplikasi yang terjadi seperti edema kornea dan glaukoma.

DAFTAR PUSTAKA

1. American Acamedy of Ophthalmology. Clinical Approach to Depositions and Degenerations of the Conjunctiva, Cornea, and Sclera. Dalam: Basic and Clinical Science Course. Bagian ke-8: External Disease and Cornea. San Fransisco: American Academy of Ophthalmology; 2016-2017. Hlm. 320-331

2. Reldy J. Corneal and Conjunctival Degeneration. Dalam: Cornea. Edisi ke-4. Elsevier; 2017. Hal. 859-860

3. Donaghy CL, Vislisel JM, Greiner MA, Goins KM, Wagoner MD. Calcific Band Keratopathy. Eye Rounds; 2015

4. Silvia L, dkk. The Iridocorneal Endothelial Syndrome. Dalam: Survey of Ophthalmology. Elsevier; 2018. Hal. 1-12

5. Carpel, Emmett F. Iridocorneal Endothelial Syndrome. Dalam: Cornea. Edisi ke-4. Elsevier; 2017. Hal. 844-855

6. Kanner E, Tsai J. Glaucomas Secondary to Abnormalities of the Cornea, Iris, Retina, and Intaocular Tumors. Dalam: Ophthalmology. Edisi ke-4. Elsevier; 2014. Hal 1095-1096

7. Sacchetti M, dkk. Diagnosis and Management of Iridocorneal Endothelial Syndrome. Hindawi Publishing Corporation BioMed Research International; 2015. Hal. 1-9

8. Chen Min, Xie Lixin. Features of Recurrence after Excimer Laser Phototherapeutic Keratectomy for Anterior Corneal Pathologies in North China. Dalam: Ophthalmology. Volume 120. Elsevier; 2013. Hal 1179-1185

9. Walkden A, Au L. Iridocorneal Endothelial Syndrome: Clinical Perspective. Dalam: Clinical Ophthalmology. Dovepress; 2018. Hal. 657-664

10. Oldham GW, Akkara JD, Hossain K, Salim S. Iridocorneal Endothelial Syndrome and Secondary Glaucoma. American Academy of Ophthalmology; 2015

11. Kahook MY, Schuman JS, Epstein DL. Chandler and Grant’s Glaucoma. Edisi ke-5. Slack Incorporated; 2013. 344-350

12. Saleem AA, Ali M, Akhtar F. Iridocorneal Endothelial Syndrome. J Coll Physicians Surg Pak; 2013. Hal.112-114

 

Visi dan Misi

Visi dan Misi Tahun 2020 - Tahun 2024

Visi

To Be Excellence Eye Care 

Misi

Eye Care for Everyone Seeing Better World 

• Eye care:
Memberikan pelayanan kesehatan mata
• For everyone:
Pelayanan yang tidak diskriminatif, kepada seluruh warga masyarakat
Seeing Better world:
Melihat dunia dengan lebih baik

Visitor

Today793
Yesterday1856
This week8751
This month64115
Total1189621

Who Is Online

18
Online

Instalasi SIMRS 2022 © Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo. All Rights Reserved.