PGP Nasional

Cetak
Nonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan Bintang
 

 


 

Gangguan penglihatan dan kebutaan masih merupakan masalah di dunia, terdapat 285 juta orang di dunia mengalami gangguan penglihatan (visual impairment) yang terdiri dari 39 juta mengalami kebutaan (blind) dan 246 juta mempunyai penglihatan lemah (low vision). Sebenarnya 4 dari 5 orang (80%) yang mengalami gangguan penglihatan atau kebutaan dapat dicegah dan atau di terapi sehingga menjadi tidak buta. Sekitar 90% dari penderita ini tinggal di negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Penyebab terbesar gangguan penglihatan adalah kelainan refraksi yang tidak terkoreksi, dan penyebab kebutaan terbesar adalah katarak. Enam puluh lima persen dari gangguan penglihatan dan 85 % dari kebutaan diderita oleh orang berusia di atas 50 tahun yang merupakan 20 % dari total populasi penduduk. Organisasi kesehatan dunia WHO mencanangkan Universal Eye Health dengan Global Action Plan 2014-2019 dengan visi: “A world in which nobody is needlessly visually impaired, where those with unavoidable vision loss can achieve their full potential and where there is universal access to comprehensive eye care services.” Target dari visi ini adalah menurunkan prevalensi avoidable gangguan penglihatan sebesar 25% pada tahun 2019. Menurut klasifikasi WHO 2006 terdapat 4 tingkatan fungsi penglihatan yaitu: 1) penglihatan normal, 2) gangguan penglihatan sedang, 3) gangguan penglihatan berat, 4) Buta. Kategori tingkat no 2 dan 3 disebut dengan Low vision (penglihatan lemah) dan no 2,3,4 termasuk ke dalam gangguan penglihatan (visual impairment). Sebagai indikator untuk monitoring visi ini dapat dilakukan dengan mencari prevalensi dan penyebab dari gangguan penglihatan, meningkatkan jumlah dokter spesialis mata dan tenaga kesehatan mahir mata lainnya, dan meningkatkan jumlah operasi katarak dan mencari penderita katarak sebanyak mungkin, sehingga jumlah operasi katarak yang dilakukan sesuai dengan jumlah penderita katarak yang membutuhkan operasi (Cataract surgical Coverage).

Indonesia mempunyai prevalensi kebutaan dan gangguan penglihatan nomor 2 tertinggi setelah Ethiopia di dunia. Indonesia terdiri dari 34 propinsi, dengan pulau Jawa mempunyai penduduk terbanyak yaitu 57% dari total penduduk Indonesia, dan penduduk Jawa Barat sebanyak 20% dari total penduduk Indonesia.

Pada tahun 2014 telah dilakukan survey dengan metode RAAB (Rapid Assessment of Avoidable Blindness) di Jawa Barat untuk penduduk berusia 50 tahun atau lebih, dan didapatkan angka kebutaan sebesar 2.8%, dengan penyebab utama kebutaan adalah katarak sebesar 71.7%, penyebab kebutaan lainnya adalah kelainan pada segmen posterior mata termasuk retina 10.9%, kelainan saraf mata/pusat 6.5%, kekeruhan kornea non trachoma 4.3%, glaucoma 2.2%, kelainan refraksi 2.2%, kekeruhan kornea trachoma 1.1%, phtisis 1.1%.

Data penduduk berusia 50 tahun dan lebih di Jawa Barat sebesar 15.1% dari total penduduk Jawa Barat 47.379.389 orang.

Data Cataract Surgical Coverage (perbandingan antara jumlah operasi katarak dengan jumlah penderita katarak yang membutuhkan operasi) di jawa Barat adalah 42%, sehingga masih kurang 58% jumlah penderita katarak yang membutuhkan operasi. Hal ini terjadi karena tidak semua penduduk yang menderita katarak terdata dengan baik. Sebagai Pusat Mata Nasional, RS Mata Cicendo mempunyai misi yang salah satunya adalah melaksanakan pengabdian dan pemberdayaan masyarakat dalam upaya pemeliharaan dan peningkatan kesehatan mata. Dengan misi ini, RS Mata Cicendo harus mempunyai peran dalam mencari gangguan penglihatan pada masyarakat, kemudian mendidiknya dan menanggulangi gangguan penglihatan tersebut. Oleh karena hal ini, maka project leader ingin mengoptimalkan RS Mata Cicendo dalam upaya pencegahan dan penanggulangan gangguan penglihatan karena katarak melalui pemberdayaan masyarakat dengan cara mendidik masyarakat dalam skrining gangguan penglihatan dan mengembangkan sistem pendataan penduduk berusia di atas 50 tahun yang menderita katarak dengan membuat aplikasi yang mudah dengan smartphone android.

Uji coba akan dilakukan di  puskesmas terpilih di Kota Bandung.