+62 22 4231280  +62811 2001 005

Pemeriksaan Refraksi Subjektif : Duochrome Test dan Binocular Balancing

Nonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan BintangNonaktifkan Bintang
 

Pemeriksaan refraksi didefinisikan sebagai pengukuran terhadap gangguan refraksi dan merupakan penerapan klinis dari prinsip optik oleh seorang pemeriksa dengan menggunakan instrumen dari yang sederhana hingga menggunakan alat yang canggih. Pemeriksaan refraksi adalah pemeriksaan yang paling umum dilakukan oleh seorang ahli oftalmologi dan merupakan salah satu pemeriksaan yang paling mendasar dalam menentukan kelainan mata serta terapi yang dibutuhkannya. Ahli oftalmologi dalam melakukan pemeriksaan refraksi dapat menentukan penyebab pasien mengeluhkan penurunan fungsi penglihatan, berasal dari gangguan refraksi atau kelainan organik.

Pemeriksaan refraksi dibagi menjadi dua kategori yaitu pemeriksaan objektif dan subjektif. Metode objektif dilakukan hanya menggunakan alat untuk menentukan status refraksi pasien. Keuntungan pemeriksaan ini adalah tidak adanya ketergantungan kepada pasien untuk memberikan jawaban dan hasil dapat diperoleh dalam waktu singkat. Pemberian terapi hanya dengan mengandalkan pemeriksaan objektif seringkali tidak cukup dalam meningkatkan kondisi penglihatan dan berakibat pada ketidakpuasan pasien. Metode pemeriksaan refraksi subjektif memberikan hasil yang lebih baik dan akurat untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan terapi, tetapi bergantung pada kerjasama pasien dalam menilai perbaikan refraksi selama pemeriksaan. Ketajaman penglihatan maksimal sangat bergantung pada respon dan pendapat pasien dan hasil pemeriksaan refraksi secara subjektif tidak selalu mewakili kondisi refraksi murni mata yang diperiksa sehingga pemeriksaan refraksi subjektif masih menjadi baku emas dalam menentukan status refraksi pasien.

Pemeriksaan subjektif terdiri dari 3 tahap yaitu verifikasi subjektif refraksi, penyempurnaan fraksi pembiasan dan menyeimbangkan binokular subjektif.

Pemeriksaan Refraksi Subjektif

Tes Duokrom

Tes duokrom atau bikromatik umumnya digunakan sebagai pemeriksaan dalam menentukan refraksi monokuler untuk penglihatan sferis terbaik. Pemeriksaan ini didasarkan pada prinsip aberasi kromatik aksial yaitu cahaya dengan Panjang gelombang lebih pendek akan dibiaskan lebih banyak oleh optik mata dibandingkan cahaya dengan panjang gelombang yang lebih panjang. Pemeriksaan tes duokrom menggunakan sebuah warna merah (panjang gelombang 620 nm) dan warna hijau (panjang gelombang 535 nm) dengan kecerahan yang sama. Warna merah-hijau tersebut membuat latar belakang grafik secara vertikal tampak terbagi menjadi dua.

Akibat adanya proses aberasi kromatik pada mata, gelombang dengan panjang gelombang yang lebih pendek (hijau) akan difokuskan di depan gelombang dengan panjang gelombang yang lebih panjang (merah), kemudian mata biasanya fokus dekat dengan pertengahan spekrum, antara panjang gelombang hijau dan merah.

Koreksi lensa sferis yang optimal menunjukkan huruf pada bagian merah dan hijau akan tampak sama hitam. Warna yang digunakan dalam uji duokrom menghasilkan interval kromatik sekitar 0,50D antara merah dan hijau.

Binocular Balancing

Menyeimbangkan akomodasi antara kedua mata atau dikenal dengan sebutan binocular balancing adalah langkah penting dalam refraksi. Tujuan binocular balancing bukanlah mencari ketajaman penglihatan yang sama antara kedua mata, melainkan lebih kearah menyeimbangkan usaha akomodasi keduanya. Pemeriksaan ini hanya dapat dilakukan bila ketajaman penglihatan dengan koreksi penuh terhadap gangguan refraksi telah didapatkan. Perbandingan antara ketajaman dari kedua mata menjadi dasar dari pemeriksaan ini. Penyeimbangan akomodasi akan mencegah osilasi akomodasi dan memberikan kontrol terhadap pemeriksaan refraktif monokular.

Penelitian dari Rabbetts dkk menyatakan bahwa koreksi yang tidak imbang dapat menyebabkan asthenopia akibat pergantian dalam mencari fokus gambar antara kedua mata. Boris dan Benjamin dalam penelitiannya juga menemukan bahwa akomodasi yang tidak imbang dapat menyebabkan penurunan stereopsis dan menurunnya jangkauan konvergensi fusi.

Simpulan

Kelainan refraksi adalah suatu keadaan dimana ketika cahaya masuk ke mata yang sedang tidak melakukan akomodasi, bayangan tidak tepat fokus pada retina. Keluhan visual dari kelainan refraksi adalah mata kabur. Mata yang normal disebut emetropia dan akan menempatkan bayangan benda tepat di retinanya pada keadaan mata tidak melakukan akomodasi atau istirahat melihat jauh. Mata dengan sifat emetropia adalah mata tanpa adanya kelainan refraksi pembiasan sinar mata dan berfungsi normal.

Bila terdapat kelainan pembiasan sinar oleh kornea atau perubahan panjang bola mata, maka sinar normal tidak dapat terfokus pada makula. Keadaan ini disebut ametropia yang dapat berupa miopia, hipermetropia, atau astigmatisma. Prosedur dalam menemukan dan mengoreksi kesalahan bias disebut dengan refraksi. Pemeriksaan refraksi terdiri dari dua metode, yaitu objektif dan subjektif. Metode pemeriksaan refraksi objektif yaitu retinoskopi, refraktometri dan keratometri. Pemeriksaan subejktif terdiri dari 3 tahap yaitu verifikasi subjektif refraksi, penyempurnaan fraksi pembiasan dan menyeimbangkan binokular subjektif. Pemeriksaan subjektif lebih akurat dibandingkan dengan pemeriksaan objektif.

Daftar Pustaka

1. Louis B. Cantor, MD, Indianapolis, Indiana SS for CE, Christopher J. Rapuano, MD, Philadelphia, Pennsylvania S for O, Knowledge, George A. Cioffi, MD,New York, New York BCC. American Academy of Ophthalmology Clinical Optics. American Academy of Ophthalmology Clinical Optics. 2016. 1-265 p.

2. Pujol J, Ondategui-Parra JC, Badiella L, Otero C, Vilaseca M, Aldaba M. Refracción subjetiva esférica utilizando un nuevo sistema 3D basado en realidad virtual. J Optom. 2017;10(1):43–51.

3. Keirl A, Christie A. Clinical Optics and Refraction : A Guide for Optometrist. Elsevier Inc.; 2007.

4. Stein H, Stein R, Freeman M. The Ophthalmic Assistant E-Book : A Text for Allied and Associated Opthalmic Personnel. Elsevier Inc.; 2017.

5. Elliott DB. Clinical Procedures in Primary Eye Care. 4th ed. Vol. 1. Elsevier Ltd; 2014. 68-111 p.

6. Gantz L, Schrader S, Ruben R, Zivotofsky AZ. Can the red-green duochrome test be used prior to correcting the refractive cylinder component? PLoS One.2015;10(3):1–11.

7. Oliver J, Cassidy L, Jutley G, Crawley L. Ophthalmology at a glance. Wiley; 2014.

8. Riordan-Eva P, Cunningham E. General Ophthalmology. 18th ed. McGraw-Hill Education; 2014.

9. Zhang P, Bobier W, Thompson B, Hess RF. Binocular balance in normal vision and its modulation by mean luminance. Optom Vis Sci. 2011;88(9):1072–9.

10. Pempera P, Feltzke M, Miśkowiak B. Are traditional methods of balancing accommodation still useful in the modern optometry office? A comparison of methods. Opt Appl. 2014;44(1):79–91.

Visi dan Misi

Visi dan Misi Tahun 2020 - Tahun 2024

Visi

To Be Excellence Eye Care 

Misi

Eye Care for Everyone Seeing Better World 

• Eye care:
Memberikan pelayanan kesehatan mata
• For everyone:
Pelayanan yang tidak diskriminatif, kepada seluruh warga masyarakat
Seeing Better world:
Melihat dunia dengan lebih baik

Visitor

Today1328
Yesterday2302
This week11548
This month33068
Total1226815

Who Is Online

9
Online

Instalasi SIMRS 2022 © Pusat Mata Nasional Rumah Sakit Mata Cicendo. All Rights Reserved.